Je Suis Marisa...

Hello, I'm Marisa...an ordinary teenager who still doesn't know what would she be in the next ten years...like everybody does, hahaha

Well, I don't know how to write a blog properly,

I just want to share my thoughts, life experiences, and my passions here...so just read! :)


Kamis, 25 Desember 2008

The Buddha is Coming to Town!

Sekitar satu minggu yang lalu, saat gw sedang browsing2 internet tiba2 gw menemukan sebuah foto yang lokasi nya adalah di Buddha Bar. Pertama kali gw kira itu Buddha Bar Paris atau dimanalah gtu. Ternyata eh ternyata itu Buddha Bar di Jakarta! Rasa penasaran gw pun tergugah. Gw cari2 di google ternyata eh ternyata lagi Buddha Bar emang udah buka di Jakarta!. Gw seneng banget, maklum gw ini adalah pecinta musik2 Buddha Bar. Selain itu gw juga selalu haus sama dunia kuliner. Gw pun mengontak teman gw tercinta, Buli dan mengajaknya pergi kesana. Dia pun juga teramat girang. Dan akhirnya kita memutuskan pergi kesana.

Buddha Bar pertama kali dibuka di Paris oleh Raymond Visan pada tahun 1996, dan kini 12 tahun berselang, tempat yang memiliki interior unik ini sudah ada di berbagai kota besar dunia seperti London, New York, Dubai, Sao Paolo, Kiev, Cairo dan Beirut. Bar yang amat dikenal karena “ramuan” musiknya yang eksotis, mistik dan relaxing ini mengambil lokasi di jantung kota Jakarta, tepatnya di Jalan Menteng di sebuah bangunan megah bersejarah peninggalan kolonial Belanda.

*Supaya kesannya asik, gw akan menggunakan bahasa baku. Baku mode : ON

Sabtu sore saya mengajak 2 orang teman saya utnuk pergi ke Buddha Bar, Buli dan Rissa. Kami pergi sekitar jam 7 malam berhubung Buddha Bar sendiri baru buka pukul 6 sore. Sebenarnya tujuan kami pergi kesana adalah untuk mengobati rasa penasaran kami. Menurut website dan beberapa review yang saya baca di internet pengunjung harus berdandan rapi. Jadi, saya dan teman-teman sedikit dress up saat pergi kesana.

Buddha Bar Jakarta terletak di Jalan Teuku Umar 1, Menteng. Tidak sulit untuk menemukannya. Dari kejauhan terlihat bangunan bergaya vintage dengan lighting merah yang sangat indah. Bangunannya terletak di hook sehingga terlihat sangat megah. Kami pun langsung yakin itu adalah tujuan yang kita maksud, Buddha Bar. Saat turun dari mobil kami langsung disambut oleh para sekuriti lengkap dengan ht di telinga mereka. Kami pun langsung diantar masuk ke dalam. Di dalam saya disambut oleh seorang receptionist yang saya tidak tahu kebangsaannya apa. Karena saya langsung ditanya "Have any reservations?". Saya langsung menjawab "No". Kemudian saya ditanya lagi "Want to go to the restaurant or the lounge?". Karena saya tidak lapar dan kebetulan tidak membawa uang banyak saya jawab "Lounge". Kami pun diantar ke dalam oleh seorang pelayan. Suasana redup remang-remang dengan lighting merah dan biru langsung menyambut kami. Terdengar track lagu Buddha Bar yang sangat khas. Terlihat bar di sebelah kiri dan sofa-sofa unik di sebelah kanan. Ditambah lagi dengan dekorasi khas Buddha Bar yang memuaskan ekspektasi saya. Sayangnya semua sofa tertulis reserved. Akhirnya kami duduk di teras luar.

Kesan remang-remang masih menyelimuti saat duduk di teras luar. Teras ini mengahadap ke sebuah taman yang dipenuhi pohon-pohon tropis eksotik dengan lighting yang indah. Kami pun memilih duduk di sofa. Terdapat lilin kecil di meja dan tercium wangi dupa. Seorang pelayan dengan pakaian khas cina menghampiri kami dan memberikan menu. Di menu minuman, terlihat daftar menu wine, coffee, beer, cocktails, mocktails, dan lain-lain. Saya pun memilih untuk memesan mocktail. Terdapat 2 jenis mocktail yang namanya sangat menarik, Buddha's Mix dan yang satu lagi namanya saya lupa karena sulit. Karena Buddha's Mix nya masih kosong, saya pun memesan mocktail yang satu lagi. Mocktail yang saya pesan adalah campuran jus markisa, stroberi, dan leci. Harganya Rp.45.000 per gelas. Saya juga ditawari menu sushi. Harga sushi yang dibanderol tergolong mahal. Saya pun memesan Spicy Salmon Sushi dengan harga Rp.55.000.

Sambil menunggu pesanan datang saya mengobrol dengan teman saya sambil menikmati alunan lagu khas Buddha Bar yang eksotis. Tapi saya sedikit terganggu dengan suara kereta yang lewat. Setelah beberapa lama, pesanan mocktail saya datang. Rasanya benar-benar enak, saya sangat menyukainya. Tidak lama setelah itu, pesanan sushi saya juga datang. Rasanya menurut saya pribadi biasa saja. Tidak ada rasa spicy seperti yang saya harapkan. Rasanya masih kalah dengan sushi di restoran sushi yang sekarang sedang hip di Jakarta. Sambil menikmati pesanan, saya melihatlihat sekeliling. Banyak kalangan ekspatriat yang mengunjungi tempat ini. Selain itu banyak juga orang-orang yang terlihat berkelas datang.

Sebuah kebiasaan, saya selalu mengecek kamar mandi sebuah restoran atau lounge yang saya datangi. Kamar mandi Buddha Bar memang tidak seunik yang saya harapkan. Suasana warna emas, hitam, dan merah mendominasi. Kaca dengan bingkai emas serta dinding yang terbuat dari kulit cukup memberi kesan sangat mewah.

Setelah membayar bill kami pun beranjak pergi. Rasa penasaran kami sudah terobati. Satu kesan saya setelah mendatangi Buddha Bar : Tempat ini cukup menghipnotis



1 komentar:

  1. penasaran jg , pengen jg g kesana liat2 n icip2 .. thx for review Marissa !

    BalasHapus