Je Suis Marisa...

Hello, I'm Marisa...an ordinary teenager who still doesn't know what would she be in the next ten years...like everybody does, hahaha

Well, I don't know how to write a blog properly,

I just want to share my thoughts, life experiences, and my passions here...so just read! :)


Selasa, 30 Desember 2008

How Do You Feel

"How do you feel if someday you had to be separated from your siblings?" 
"How do you feel if someday you had to choose who you're going to live with?" 
"How do you feel if someday you had to face financial problem?"
Ok, those questions are related to the main question :

"How do you feel if someday your parents decided to end their marriage (divorce)?"

Well, let's see this as a social phenomenon. Nowadays, divorce is not a taboo thing anymore. People tends to take that decision easily. They get married, and then a few months or years later they go to court to end their marriage. Principle difference is the most common reason. 

Maybe it's easy to fall in love, but it's not easy to keep love last. Marriage is not a game, so, making a commitment is not a simple thing. Saying 'ijab kabul' isn't like making a business contract, it's a swear that you'll bring until the end of your life. Divorce would makes greater impacts to your children (if you had children). They will have emotional pressure or even stress that they shouldn't have at their age. 

So, this makes me think, 
love needs consideration
love+logic=~
love+nothing=0
What do you think about that?


Tom Yam Fried Noodles

Ok, this recipe is one of my best recipes. This is my own creation. I combined tom yam soup recipe and fried noodles basic recipe. And the result was just so delicious!. When i was on the 11th grade, i sold this to my school friends. They liked it, even the teachers, haha. Okay, here is the recipe:

Bahan :

· Mie telor lebar 200 gr

· Telur 2 bh

· Kemiri 4 bh

· Cabe merah keriting 8 bh

· Cabe merah besar 2 bh

· Bawang putih 6 bh

· Bawang merah 4 bh

· Jahe 5 cm

· Daun kemangi 15 gr

· Serai 1 btg

· Daun jeruk 8 lbr

· Cumi 30 gr

· Udang 30 gr

· Ayam 30 gr

· Kol putih 50gr

· Paprika hijau 30 gr

· Kecap manis

· Kecap ikan

· Sambal botol

· Minyak untuk menumis

· Garam secukupnya

· Merica secukupnya

Cara :

· Rebus mie selama ± 5 menit, tiriskan

· Potong cumi kotak-kotak, kupas udang, lalu campur keduanya dengan garam, merica, dan larutan tepung maizena, kemudian rebus sebentar, tiriskan

· Haluskan bawang putjh, bawang merah, cabai merah keriting, kemiri, dan jahe, lalu tumis dengan minyak secukupnya

· Masukkan serai dan daun jeruk, masak hingga bumbu harum dan matang

· Tambahkan sedikit air, masukkan kecap ikan, sambal botol, dan kecap manis

· Masukkan seafood dan ayam, masak hingga matang

· Masukkan kol yang sudah diiris halus dan direbus, lalu cabe merah besar dan paprika hijau yang sudah diiris

· Masukkan mie, aduk hingga rata

· Tambahkan daun kemangi

· Tambahkan merica dan garam secukupnya

· Sajikan

Resep Mashed Potato Sakti Marisa


Bukan foto asli, berhubung ga pernah foto masakan sendiri, haha

Marisa emang adalah seseorang yang ga jelas. Semuanya di-embat (dilakuin), ya make-up, desain baju, masak pun iya. Sebelum2nya kan gw udah posting beberapa tentang fashion dan make-up, oke sekarang gw mau share kemampuan masak gua, haha.

Salah satu resep andalan gw adalah resep mashed potato a.ka kentang pure. Ga ngerti kenapa temen2 gw tergila2 sama masakan gw satu ini. Jadi, biar gausah repot2 memohon ke gw untuk minta dibikinin (secara gw lagi off dari dunia permasakan gw), gw kasih resepnya aja...Selamat Mencoba!

Bahan :

· Kentang 1kg

· Butter 150gr

· Susu 220ml

· Garam

· Merica

· Bawang bombay 50 gr, cincang halus

Gravy :

· Bawang bombay 100gr, cincang halus

· Butter 2sdm

· Tepung terigu 50 gr

· Daun bawang 1 btg

· Kaldu blok 8bh

· Air 1,5ltr

Cara:

· kupas kentang, rebus sampai empuk

· Hancurkan kentang sampai halus

· Tambahkan butter dan susu perlahan-lahan

· Masukkan bawang bombay

· Tambahkan garam dan merica

· Untuk gravynya, tumis bawang bombay dengan butter sampai harum

· Maukkan tepung, aduk sampai berwarna kecoklatan

· Masukkan larutan kaldu blok

· Aduk lalu tambahkan batang daun bawang

· Tambahkan garam dan merica

· Sajikan

Minggu, 28 Desember 2008

Gosh! Harvey Nichols Ada di Jakarta!

Gw shock tau Harvey Nichols buka di Jakarta. Bukannya shock karena seneng atau apa. Gw makin heran, mikir apa coba tuh department store dibuka disini. Masalahnya, Harvey Nichols bukanlah department store ecek2 model Metro atau Sogo yang masih affordable sama beberapa lapisan. Isinya adalah barang2 branded yang bukan sekedar branded, tapi bener2 branded. Sebut aja Michael Kors, Stella McCartney, Vera Wang, Calvin Klein, Manolo Blahnik, Marc Jacobs, and other haute couture designers.



Salah satu sudut toko Harvey Nichols

Temen gw pun tiba2 ngajak kesana, dengan alasan: lagi2 penasaran. Okelah gw pun ikut2 aja. Sebenernya sebelumnya gw gatau Harvey Nichols itu department store elit banget, jadi gw tenang2 aja pas diajak kesana. Pas masuk, suasana aneh melanda. Kok SPG2 nya bajunya oke2 banget...udah gtu ada mas2 yang bukain pintu. Sampe dalem, gw pas masuk ke bagian groceries. Barang2 yang dipajang import semua, tapi kurang lebih sama lah kaya yg gw liat di High End supermarket macem Ranch Market atau FoodHall. Tapi TETEP AJA GW KESEL!! pas liat ada IBU-IBU BELANJA GROCERIES DI HARVEY NICHOLS!!!. Maksud gw, kan ada Supermarket lain yang isinya sama, kenapa mesti di tempat elit macem HN gini coba, eling emang...

Gw pun turun ke tempat baju2. Mata gw pun langsung disilaukan nama2 desainer terkenal. Penasaran, gw pun megang2 tuh baju2 'dewa'. Pas liat tag harganyaaa....jeng2....18 juta!. Oke itu baru satu baju Stella McCartney yang udah cukup membuat gw syiok. Gw pun semakin jantungan saat mendengar temen gw bilang ada baju yang harganya 40 juta!. MEN, ITU BISA BUAT BAYAR GW KULIAH! Gw emang bukan dari kalangan orang socialite yang terbiasa dengan barang2 dengan banderol harga segitu, jadi maklum kalo shock. Oke, ini semakin jadi bukti Jakarta emang mau dibawa ke peradaban Giant Retail Kingdom yang mengerikan. Dan pola hidup serta daya beli masyarakat Jakarta mulai dicoba didongkrak secara perlahan...



Salah satu tag harga baju yang bikin sakit kepala, haha

Jakarta As The New Retail Kingdom

Waww!! Zara buka di Jakarta, Waww!! Masimo Dutti buka di Jakarta, Waww!! Burger King buka di Jakarta. Mungkin itu beberapa 'waw' yang kerap kita dengar beberapa bulan atau beberapa tahun lalu. Sekarang? akan semakin banyak 'waw' yang akan kita dengar. Sebut saja Debenhams, Topshop, MOS Burger, Harvey Nichols, yang baru saja membuka cabang nya di Jakarta. Jakarta sudah bisa disandingkan dengan negara-negara lain seperti Singapura sebagai 'shopping destination'. Masyarakat Jakarta sudah tidak perlu lagi bersusah payah pergi ke Singapura ataupun Hongkong untuk berbelanja barang-barang branded. Semuanya sudah hadir di Jakarta.

Mengapa Jakarta menjadi sasaran empuk para perusahaan raksasa tersebut?. Ya, jawabannya adalah pola konsumtif masyarakat kita yang sangat tinggi. Sebelumnya saya pernah membuat post tentang hedonisme yang membahas tentang gaya hidup masyarakat Jakarta. Dan itu cukup menjelaskan betapa tingginya standar hidup orang Jakarta. Tentu saya pribadi jika di pihak perusahaan raksasa tersebut melihat kondisi ini sebagai peluang yang sangat potensial.

Jakarta tidak henti-hentinya dibanjiri perusahaan-perusahaan retail top luar negeri. Saya sebagai salah satu korban hedonisme pun sebenarnya senang akan kehadiran mereka. Tetapi jauh di lubuk hati saya sebenarnya saya menyesalkan hal ini. Selain pola hidup yang berubah, budaya kita lama kelamaan atau bahkan sudah dilanda Westernisasi. Budaya asli kita lama kelamaan akan luntur, kita akan lupa dengan budaya milik kita sendiri. Memang, ada beberapa perusahaan yang sudah mempromosikan hasil karya tanah air. Bahkan ada yang sudah berani menyandingkan produk lokal kita dengan produk-produk luar negeri. Sebut saja Alun-alun Indonesia yang telah buka di Grand Indonesia. Hal tersebut merupakan hal yang sangat baik dan merupakan kemajuan yang sangat berarti. Namun kehadirannya belum mampu menyaingi kehadiran perusahaan-perusahaan retail luar negeri yang bertubi-tubi hadir.

Saya tidak punya bayangan akan jadi apa Jakarta lima sampai 10 tahun kedepan. Yang pasti kehadiran perusahaan-perusahaan retail ke dalam negeri tidak akan mampu dicegah. Dan Jakarta akan segera menjadi Kerajaan Retail Raksasa Baru. Yang dapat kita lakukan hanyalah terus melestarikan dan mempromosikan produk lokal kita dan bersaing dengan produk luar. Untuk melakukan hal ini tidaklah mudah. Dibutuhkan generasi muda yang kreatif dan berdedikasi tinggi. Generasi kita tentu bertanggung jawab akan hal ini...Teruslah lestarikan produk tanah air...

MOS Burger's New Branch Has Opened In Jakarta


Jakarta memang sudah menjadi sarang retail perusahaan-perusahaan top internasional. Tidak hanya perusahaan retail fashion, ternyata retail perusahaan food and beverage atau f&b pun ikut menggurita. Setelah kehadiran kembali Burger King yang sempat menghilang beberapa tahun di Jakarta, kali ini perusahaan fast food Jepang populer, MOS Burger membuka cabangnya di Jakarta untuk pertama kalinya di Plaza Senayan.

MOS Burger yang namanya merupakan singkatan dari Mountain, Ocean, and Sun ini telah lama berkreasi dengan burger a la jepang nya. MOS Burger telah membuka cabang nya di Jepang sendiri, Taiwan, Singapura, dan Jakarta. Menu andalan MOS Burger ini adalah rice burger nya yang cukup melegenda.



The Popular Yakiniku Rice Burger

Grand opening MOS Burger Jakarta tanggal 22 Desember kemarin cukup menarik perhatian masyarakat Jakarta. Saya pun juga tertarik untuk mencobanya. Saya pergi kesana pada hari itu namun memutuskan untuk tidak pergi pada jam makan siang karena saya tahu pasti ramai sekali. Benar saja, teman saya yang kesana pukul 12 siang mengirim SMS bahwa MOS Burger penuh diramaikan pengunjung. Akhirnya saya pergi kesana sekitar pukul 4 sore. Restoran terlihat cukup lengang. Terlihat beberapa pegawai berkebangsaan Jepang. Menurut informasi, pegawai dan manager MOS Burger sengaja didatangkan dari Jepang ke Jakarta untuk mengontrol kualitas di sini.

Saya pun memesan 2 meal set yang terdiri dari burger, fries, dan minuman. Saya membeli Teriyaki Chicken Burger seharga Rp. 36.000 dan MOS Cheese Burger Set seharga Rp. 34.000 dibawa pulang. Sambil menunggu pesanan saya duduk di meja. Suasana restoran terkesan klin dan nyaman, sama sekali tidak terkesan seperti restoran fast food. Saya pun melihat sekeliling. Banyak orang Jepang yang makan disana. Setelah pesanan saya datang, saya langsung beranjak pergi. Sesampai di rumah saya mencicipi burger yang saya beli. Fries MOS Burger terasa berbeda dengan fries restoran fast food lainnya. Kentang nya cenderung lebih besar dan tidak terlalu asin. Lemon Tea yang saya pesan juga terasa berbeda, terdapat potongan buah lemon asli di dalamnya dan rasa teh nya sangat kuat. Chicken Teriyaki Burger yang saya pesan ukurannya cukup besar, daging ayamnya sangat tebal ditambah potongan daun letuce, rasanya pun nikmat. Sedangkan MOS Cheese Burger ukurannya lebih besar lagi, terdapat lapisan keju, daging sapi yang sangat tebal, serta saus daging, rasanya juga tidak kalah enak. Saya pribadi lebih suka dengan Chicken Teriyaki Burger nya.



MOS Cheese Burger and Chicken Teriyaki Burger

Dibukanya MOS Burger di Jakarta ini menambah pilihan masyarakat terhadap restoran fast food. Dan ini juga sekaligus pertanda bahwa Jakarta mulai menjadi cengkraman Fast Food Nation...



Sabtu, 27 Desember 2008

Photo Shoot Melelahkan

Hmm...liburan gini emang paling bingungin. Ga mungkin setiap hari pergi keluyuran buang2 duit. Lagipula gw lagi tongpes gara2 minggu lalu beli MOS burger (baru buka di Jakarta, so sebagai masyarakat normal gw penasaran pengen nyoba) ditambah lagi gw beli 2 majalah sekaligus (SwankGlossy sama a+). Gw kalo emang soal kuliner sama majalah fashion ga bisa nahan diri buat ngluarin duit. Hasilnya gw bo to the kek di akhir tahun 2008 ini, haha...

Jadi, gw dan my partner in crime, Rissa memutuskan untuk mengadakan photo shoot. Berhubung kami sudah lamaaa sekali tidak foto. Kita kangen juga lama2. Rissa tangannya gatel pengen motret, gw gatel pengen coret2 muka model alias make up. Kita juga ngajak teman fotografer kita yang udah lama bgt ga ktmu, si Pare. Akhirnya kemarin pagi2 gw ke rumah rissa dengan bawaan kaya orang mau pindahan. 1 tas make up, 1 tas celfit yang isinya 2 lampu neon, sepatu, dan hair dryer, kemudian 2 baju rancangan gw, dan beberapa properti lainnya. Berat bangau...

Photo session kali ini tadinya gw mau make 2 model, Syaza dan Tsasya. Tapi berhubung Tsasya gabisa jadi ya cuma Syaza. Padahal gw udah bikin konsep, hiks..Tapi gapapalah masih mending ada model, daripada ga ada model mau foto syapa? Supirnya Rissa? hahah.

Gw bikin konsep emang sengaja untuk close up photo. Gw bikin 3 konsep. Pertama gw mau bikin semacam peacock lady, terus gw mau bikin face painting (terinspirasi dr sbuah majalah), dan yang ketiga gw mau bikin semacam broadway lady. Tapi...hal ga disangka terjadi, properti andalan gw untuk konsep broadway lady (red feathers) basah terkena air, hiks...akhirnya dibatalkanlah konsep itu :(. Selain 3 konsep itu gw juga mau foto si model dengan 2 baju rancangan gw. Itung2 promosi karena 2 baju itu mau gw lelang, haha.

Photo session kali ini bener2 photo session paling melelahkan yang pernah gw alamin. Bayangin aja 4 sesi dalam satu hari. Udah gitu, tadinya kan yang mau ngurus lighting temen gw si Pare. Eh, dia datengnya telat banget. Walhasil gw jadi tukang lighting mendadak dengan pengetahuan per-lighting-an gw yang nol ini. Dan ternyata lighting amatir dengan neon itu ga gampang. Gw mesti naik2 ke alat fitness rissa (berhubung ga ada kursi disana) buat lighting-in si model. Bener-bener cape...Tapi diluar itu gw melaksanakan job gw sperti biasa, make up dan choreo. Gw seneng ngarahin Syaza. Pertama, dia bisa eksplor gaya. Sekali gw arahin dia bisa langsung nangkep, dan pose nya dia ga setengah2. Hebat dia, bakat jadi model, hahaa...



Hasil make-up gw untuk konsep Peacock Lady dan hasilnya setelah difoto



Hasil face painting gw dan hasilnya setelah difoto



Hasil make-up sederhana gw untuk promosi b
aju rancangan gw, hehee :P

Behind the frames...



Overall gw cukup puas sama photo shoot kali ini. Gw paling puas sama make up peacock lady, paling puas sama choreo yang di kursi, sama gw paling puas sama foto close up yang ada uler di muka syaza, hahahah...

Jumat, 26 Desember 2008

Talkin' About Fashion and Style

Well, i'm a type of person who concern about fashion and style. But, i'm not dying for fashion, hahaha. Honestly, i don't really understand about haute fashion world. I don't memorize those famous designers. I only know some of them who has designs that could really make me stunned. Let's say Lanvin, Stella McCartney, Coco Chanel, Karl Lagerfield, etc. And for local designer, i really adore Biyan!. Oh man, his designs are hypnotyzing me...I don't know, every details on his designs are just looked so perfect, like there are no mistakes and odd parts. His designs are so brilliant!, he could choose the right fabric for the right design. He could also choose the right color for the right design. He always play on pleats, buttons, wrinkles, patterns, and beads. So amazing...



Some of Biyan's Collections

I don't want to be a fashion designer actually. I'm a conservative person who think 'I won't take arts for my formal education, I only take economics, law, engineering, architect, and some other mainstream majors'. But i have enough passion on this for sure. I love designing clothes. I have my own taste. So i transfer my creativity on the paper. Basically i have classy taste. I don't like too much details and colors. So I use brown, grey, black, broken white, creme, and other dark colors on my designs. I also make simple designs. I try to make simple elegant dresses, tops, and bottoms. I don't want to make my designs looked cheap. So i put some pattetns and details on them. Well, those designs are only drawn on the paper. I haven't make the real clothes until i took fashion class at my school. I had to make 2 clothes that taken from my own designs for my final project. I still had to ask a tailor to make them cause i can't saw dude...hahahha. So this is the result :


Kamis, 25 Desember 2008

My Friends's Faces Are Canvases

Itung-itung hobi...ya inilah hasil tangan amatiran gw... :)



Perpanjangan Sunset Policy

Pajak, siapa yang gatau pajak...semua orang pasti tau tapi belom tentu semua orang bayar..hahahhah. Ya tapi emang realita nya begitu bukan?. Banyak yang belom punya NPWP alias Nomor Pokok Wajib Pajak. Bayar pajak seolah-olah jadi ancaman menakutkan bagi masyarakat. Kalau dianalogikan, masyarakat yang belom bayar pajak ibarat tikus terus petugas pajak ibarat kucingnya. Pemerintah pun berpikir keras mengatur strategi dan cara bagaimana menertibkan pembayaran pajak masyarakat. Sampai keluarlah sebuah makhluk yang bernama Sunset Policy.

Mendengar nama Sunset Policy di telinga saya, yang ada di pikiran saya itu adalah sebuah nama yang lucu dan imut. Teman saya, Adiz pun berkata ketika mendengar nama itu yang langsung terbayang olehnya adalah matahari terbenam. Lucu memang ya. Saya pun tidak mengerti apa maksud dari nama Sunset Policy itu sendiri. Tapi Sunset Policy ini adalah sebuah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk menarik masyarakat agar mau membuat NPWP. Kebijakan ini adalah kebijakannya yang bentuknya semacam insentif bagi masyarakat. Masyarakat yang tidak membayar pajak karena tidak memiliki NPWP jika membuat NPWP selama Sunset Policy ini masih berlaku, maka pajak yang sebelumnya akan dihapus.

Menurut saya pribadi, kebijakan ini adalah terobosan yag sangat bagus. Namun yang saya sayangkan, sosialisasi program ini masih sangat minim sehingga masyarakat banyak yang tidak mengetahuinya. Selain itu program ini juga berlangsung hanya sebentar. Diterbitkan pada sekitar pertengahan tahun tetapi program ini sudah akan berakhir Desember ini. Jadi, program yang sebenarnya bagus ini menjadi kurang efektif karena terlalu sebentar dan sosialisasi yang kurang.

Maka, HIPMI pun mengusulkan perpanjangan Sunset Policy ini. Namun, usulan tersebut belum digubris. Menurut saya, hal ini sangat disayangkan. Mungkin para pejabat perpajakan berfikir jika diperpanjang, masyarakat akan kembali dimanja sehingga Sunset Policy ini tidak mempan. Tetapi menurut saya, kondisinya berbeda. Sosialisasi Sunset Policy ini masih sangat minim, jadi sah-sah saja jika diperpanjang. Kecuali jika sosialisasinya sudah maksimal, seperti iklan di TV, billboard, sms, penyuluhan dan lain-lain. Boleh saja rentang program ini disingkatkan. Jadi untuk pemerintah, ayolah berfikir lebih panjang dan mendalam...demi kebaikan kita semua :)

Watching My Weight

"Aduh! gw gendutan!", kata-kata tersebut sangat lazim terdengar di telinga gw. Dan gw sendiri pun juga sering mengeluarkan kata-kata seperti itu. Penampilan itu adalah sesuatu yang sangat penting bagi wanita, apalagi buat perempuan seumur gw ini. Hampir semua orang pengen jadi kurus. Meskipun banyak orang yang berusaha menghibur dengan kata-kata "Big is Beautiful", tetep aja pasti semua orang ada tendensi pengen kurus (terutama perempuan).

Gw juga termasuk salah satu perempuan yang mengidamkan tubuh kurus. Alesan gw, kurus itu gampang pake baju apa aja. Kebetulan emang gw adalah orang yang cukup concern masalah fashion. Jujur, gw dulu gendut banget. Dan sekarang gw sudah kurusan meskipun belom kurus-kurus amat (masih chubby). Dari sudut pandang estetika, kalo gw bandingin foto gw dulu dan foto gw sekarang gw melihat perbedaan yang sangat jauh bak bumi dan langit. Jauh lebih enak liat foto yang sekarang.

Cara orang jadi kurus juga beda-beda, ada yang olah raga, diet, nyiksa diri (anorexia, bulimia, dll), bahkan lipotomy. Gw tergolong pengguna cara diet. Waktu SMP tiba2 hati nurani gw tergugah bahwa gw harus berubah. Gw ga bisa begini terus. Akhirnya gw mulai berdiet keras. Alhasil turunlah berat gw 11 kg. Tapi yang namanya manusia ga pernah puas. Udah turun segitu masih aja pengen kurus. Sekarang berat gw emang sih udah kepala 5, tapi penampakan gw masih chubby. Dan di bawah alam sadar gw, gw selalu ada tendensi untuk jadi kurus, kurus, dan kurus. Tapi, gw bukan tipe orang yang sampe kena extreme eating disorder. Gw sangat menjaga makan gw. Selain itu gw juga mulai rutin fitness tiap minggu. Ya hasilnya ya gini, masih chubby2 besar gini gw, hahaha...

Gw melihat ini lagi2 sebagai fenomena. Dimana kurus udah jadi sebuah tren. Ya gimana engga, emang udah kodrat semua perempuan pengen cantik. Media berperan besar dalam perubahan paradigma masyarakat ini. Dan yang ada saat ini, media menyajikan image2 dan icon2 perempuan yang kurus kering dengan baju keren terbalut di badan mereka. Alhasil, mindset kita sebagai perempuan juga mulai bergeser. Cantik=Kurus. Gw sebagai salah satu korban dari paradigma ini sebenernya kurang setuju. Gw pengen kurus tapi bukan kurus kering. Di sisi lain gw juga kurang setuju sama kata2 "Big is Beautiful" karena gendut itu justru dekat sama penyakit. But it's ok if u've got curvy body. Kalo lagi liat fashion TV yang isinya model2 ceking rasanya gw pengen banget jadi pencetus atau bahkan punya clothing line yang make model2 dengan badan curvy. Emang sih sekarang udah mulai banyak dipake model2 dengan badan curvy, tapi tetep aja di mata gw mereka masih masuk dalam itungan kurus.

Jadi pada intinya, being too skinny or being too fat is not beautiful. Yang bagus ya yang sedang2 saja (kaya lagu, haha). Dan yang paling penting, jaga kesehatan karena sehat itu aset kita di masa tua...aseek..hahahha

Crossover Jazz

Jazz, anak muda Jakarta saat ini sedang dilanda demam genre musik ini. Sebut saja nama Maliq and d'essentials, 21st Night, Soulvibe, Dimi, dll. Band-band tersebut juga sebenarnya bukan band yang mengusung genre pure jazz, mereka terdengar lebih ke arah pop jazz. Tapi apa mau dikata, mereka sudah dikenal sebagai musisi jazz di kalangan anak muda. Sedangkan musisi-musisi jazz asli, hanya segelintir orang yang bisa benar-benar menikmatinya. Kehadiran event musik raksasa seperti JavaJazz dan JakJazz merupakan sebuah sarana yang sangat bagus untuk mentransmisikan musik Jazz ini ke kalangan masyarakat. Jenis-jenis musik jazz yang ditawarkan juga beragam. Mulai dari pop jazz, swing, bebop, dixieland, dll.

Sebuah sub genre yang masih belum banyak dikenal oleh masyarakat adalah Crossover Jazz. Dan baru 2 tahun terakhir ini event JakJazz mulai memperkenalkan sub genre ini dengan menghadirkan Bugz in The Attic pada tahun 2007 dan Kyoto Jazz Massive pada tahun ini. Bahkan tahun lalu sudah dibuat event Jakarta Crossover Jazz Festival. Namun ternyata animo masyarakat terhadap event tersebut masih sangat kurang karena banyak sekali masyarakat Jakarta yang belum mengenal jenis musik ini. Pada dasarnya, crossover jazz ini adalah musik jazz yang dikemas secara berbeda dengan berbagai macam improvisasi. Kita tidak bisa mengkotak-kotak an secara khusus yang mana artis crossover jazz dan yang mana yang bukan. Karena musisi seperti Spyro Gyra pun yang terdengar di telinga kita sangat jazzy ternyata bisa digolongkan sebagai musisi crossover jazz. Tapi disini kita akan membahas crossover jazz yang bisa dikatakan benar-benar crossover. Yang ada di otak saya, crossover jazz adalah musik jazz yang dikemas dengan sentuhan beat-beat yang bisa dinikmati dengan goyangan maupun hanya anggukan kepala.

Musisi crossover jazz kebanyakan datang dari Jepang dan Eropa. Sebut saja Jazztronik(Japan), Kyoto Jazz Massive(Japan), Jazzanova(Europe), The Baker Brothers(Europe), Tortured Soul(USA), dan masih banyak lagi. Melodi-melodi yang mereka bawakan menurut saya pribadi sangatlah brilian.


Shine - Kyoto Jazz Massive

Musisi crossover jazz Indonesia sendiri masih belum banyak. Yang paling dikenal adalah Andezzz, SisterDuke, dan beberapa band lain yang masih belum dikenal. Namun sudah ada wadah kecil tempat berkumpulnya para pecinta musik crossover jazz ini yaitu Indonesia Crossover Jazz Community. Komunitas ini masih seumur jagung dengan anggota aktif yang bisa dihitung dengan jari, termasuk saya di dalamnya. Komunitas ini aktif di facebook group dan baru saja meluncurkan website nya. Komunitas ini juga meluncurkan downloadable digital magazine yang sudah terbit 2 edisi.

http://www.facebook.com/group.php?gid=9402505107&ref=ts
http://www.indocrossoverjazz.com/

Kuliah...



Hidup ini penuh dengan pilihan...Dan gw sekarang ada di tahap atau stage yang menuntut gw untuk membuat sebuah pilihan besar yang butuh pertimbangan matang karena akan menentukan masa depan gw. Ya, KULIAH

Di otak gw cuma ada 2 pilihan : Hukum atau Ekonomi?. Gw emang seorang siswi IPS yang sejak awal emang sengaja ambil IPS karena minat, bukan karena gw ga mampu IPA. Ketertarikan gw di dunia IPS awalnya karena gw hobi yang namanya bisnis dan ketertarikan gw akan dunia masyarakat. Prestasi gw di sekolah boleh masuk itungan lah. Makanya keputusan gw masuk IPS waktu itu cukup membuat shock para khalayak (ga khalayak juga sih, maksud gw keluarga, guru, kerabat, dll). Tapi life must go on, gw harus jalanin keputusan yang udah gw buat. Secara gw udah dewasa juga, harus tanggung jawab akan semua pilihan beserta konsekuensi nya.

Dan sekarang gw udah mau meninggalkan masa sekolah dan InsyaAllah akan memasuki dunia baru, dunia perkuliahan. Pada awalnya gw semangat banget mau masuk FEUI. Tapi sebuah kejadian yang tidak disangka dan tidak dinyana melanda diri gw. Nyokap gw tiba2 mem persuade gw untuk masuk hukum. Dan tiba2 juga temen nyokap gw yang punya kemampuan 'di atas rata2' bilang katanya gw cocok masuk hukum. Nahloh, distorsi jiwa melanda...Gw pun minta pendapat dari keluarga termasuk om, tante, bude, uwak, dan lain2. Mereka pun menganjurkan hukum. Nahloh, makin guncang diriku ini...Akhirnya gw sering berdiskusi tentang advantages dan disadvantages if i took economics and if i took law bersama nyokap gw. Akhirnya pikiran gw terbuka. Nyokap gw memberikan pandangan bahwa hukum adalah ilmu yang spesifik dan berkembang sedangkan ekonomi manajemen itu ilmu nya sangat umum. Sebenernya itu mungkin terlalu judgemental yah, tapi itu emang realita. Temen gw si Buli juga bilang orang hukum bisa ambil field nya orang ekonomi. Dan itu terjadi sama bokap gw sendiri. Bokap gw lulusan hukum Atma Jaya. Emang sih sempet jadi lawyer, tapi karirnya sekarang malah maju di BKPM yang tidak lain adalah sebuah badan penanaman modal. Ga cuma BKPM, bokap gw juga bagian dari KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia), HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), sama HIPPI (Himpuan Pengusaha Pribumi Indonesia). Semuanya kaitannya sama ekonomi. Gw jadi mikir, bokap gw bisa berkecimpung di dunia ekonomi tapi ga buta hukum. Tapi orang ekonomi yang berkecimpung di dunia ekonomi belom tentu bisa ngerti hukum.

So...setelah timbang sana timbang sini...lagi2 gw mengambil keputusan yang sedikit mengejutkan (terutama kalangan guru), I decided to take Law. Gw bermaksud untuk mendalami yang namanya hukum korporat dan kenotariatan. Gw tinggal nunggu pengumuman diterima apa gak form 'emas' gw di FHUI. Mudah2an gw lolos, mudah2an gw lulus UAN, dan mudah2an gw ga salah ambil keputusan dan bisa enjoy kuliah di FHUI, AMIN!


The Buddha is Coming to Town!

Sekitar satu minggu yang lalu, saat gw sedang browsing2 internet tiba2 gw menemukan sebuah foto yang lokasi nya adalah di Buddha Bar. Pertama kali gw kira itu Buddha Bar Paris atau dimanalah gtu. Ternyata eh ternyata itu Buddha Bar di Jakarta! Rasa penasaran gw pun tergugah. Gw cari2 di google ternyata eh ternyata lagi Buddha Bar emang udah buka di Jakarta!. Gw seneng banget, maklum gw ini adalah pecinta musik2 Buddha Bar. Selain itu gw juga selalu haus sama dunia kuliner. Gw pun mengontak teman gw tercinta, Buli dan mengajaknya pergi kesana. Dia pun juga teramat girang. Dan akhirnya kita memutuskan pergi kesana.

Buddha Bar pertama kali dibuka di Paris oleh Raymond Visan pada tahun 1996, dan kini 12 tahun berselang, tempat yang memiliki interior unik ini sudah ada di berbagai kota besar dunia seperti London, New York, Dubai, Sao Paolo, Kiev, Cairo dan Beirut. Bar yang amat dikenal karena “ramuan” musiknya yang eksotis, mistik dan relaxing ini mengambil lokasi di jantung kota Jakarta, tepatnya di Jalan Menteng di sebuah bangunan megah bersejarah peninggalan kolonial Belanda.

*Supaya kesannya asik, gw akan menggunakan bahasa baku. Baku mode : ON

Sabtu sore saya mengajak 2 orang teman saya utnuk pergi ke Buddha Bar, Buli dan Rissa. Kami pergi sekitar jam 7 malam berhubung Buddha Bar sendiri baru buka pukul 6 sore. Sebenarnya tujuan kami pergi kesana adalah untuk mengobati rasa penasaran kami. Menurut website dan beberapa review yang saya baca di internet pengunjung harus berdandan rapi. Jadi, saya dan teman-teman sedikit dress up saat pergi kesana.

Buddha Bar Jakarta terletak di Jalan Teuku Umar 1, Menteng. Tidak sulit untuk menemukannya. Dari kejauhan terlihat bangunan bergaya vintage dengan lighting merah yang sangat indah. Bangunannya terletak di hook sehingga terlihat sangat megah. Kami pun langsung yakin itu adalah tujuan yang kita maksud, Buddha Bar. Saat turun dari mobil kami langsung disambut oleh para sekuriti lengkap dengan ht di telinga mereka. Kami pun langsung diantar masuk ke dalam. Di dalam saya disambut oleh seorang receptionist yang saya tidak tahu kebangsaannya apa. Karena saya langsung ditanya "Have any reservations?". Saya langsung menjawab "No". Kemudian saya ditanya lagi "Want to go to the restaurant or the lounge?". Karena saya tidak lapar dan kebetulan tidak membawa uang banyak saya jawab "Lounge". Kami pun diantar ke dalam oleh seorang pelayan. Suasana redup remang-remang dengan lighting merah dan biru langsung menyambut kami. Terdengar track lagu Buddha Bar yang sangat khas. Terlihat bar di sebelah kiri dan sofa-sofa unik di sebelah kanan. Ditambah lagi dengan dekorasi khas Buddha Bar yang memuaskan ekspektasi saya. Sayangnya semua sofa tertulis reserved. Akhirnya kami duduk di teras luar.

Kesan remang-remang masih menyelimuti saat duduk di teras luar. Teras ini mengahadap ke sebuah taman yang dipenuhi pohon-pohon tropis eksotik dengan lighting yang indah. Kami pun memilih duduk di sofa. Terdapat lilin kecil di meja dan tercium wangi dupa. Seorang pelayan dengan pakaian khas cina menghampiri kami dan memberikan menu. Di menu minuman, terlihat daftar menu wine, coffee, beer, cocktails, mocktails, dan lain-lain. Saya pun memilih untuk memesan mocktail. Terdapat 2 jenis mocktail yang namanya sangat menarik, Buddha's Mix dan yang satu lagi namanya saya lupa karena sulit. Karena Buddha's Mix nya masih kosong, saya pun memesan mocktail yang satu lagi. Mocktail yang saya pesan adalah campuran jus markisa, stroberi, dan leci. Harganya Rp.45.000 per gelas. Saya juga ditawari menu sushi. Harga sushi yang dibanderol tergolong mahal. Saya pun memesan Spicy Salmon Sushi dengan harga Rp.55.000.

Sambil menunggu pesanan datang saya mengobrol dengan teman saya sambil menikmati alunan lagu khas Buddha Bar yang eksotis. Tapi saya sedikit terganggu dengan suara kereta yang lewat. Setelah beberapa lama, pesanan mocktail saya datang. Rasanya benar-benar enak, saya sangat menyukainya. Tidak lama setelah itu, pesanan sushi saya juga datang. Rasanya menurut saya pribadi biasa saja. Tidak ada rasa spicy seperti yang saya harapkan. Rasanya masih kalah dengan sushi di restoran sushi yang sekarang sedang hip di Jakarta. Sambil menikmati pesanan, saya melihatlihat sekeliling. Banyak kalangan ekspatriat yang mengunjungi tempat ini. Selain itu banyak juga orang-orang yang terlihat berkelas datang.

Sebuah kebiasaan, saya selalu mengecek kamar mandi sebuah restoran atau lounge yang saya datangi. Kamar mandi Buddha Bar memang tidak seunik yang saya harapkan. Suasana warna emas, hitam, dan merah mendominasi. Kaca dengan bingkai emas serta dinding yang terbuat dari kulit cukup memberi kesan sangat mewah.

Setelah membayar bill kami pun beranjak pergi. Rasa penasaran kami sudah terobati. Satu kesan saya setelah mendatangi Buddha Bar : Tempat ini cukup menghipnotis



H stands for Hedonism

Jakarta udah jadi sebuah kota metropolitan yang malah udah mendekati megapolitan. Bisa kita sadarin pembangunan Jakarta tuh pesat to the max. Gedung2 ga ada berhentinya dibangun, bisa-bisa sehari nambah satu. Tapi, seiring dengan gedung2 itu berlomba2 dibangun, pembangunan infrastruktur kita mentok. Bisa dilihat contohnya fondasi2 monorail terbengkalai dan koridor busway yang nganggur, dan ga cuma itu aja sih, buanyak banget yg mesti diurus. Sabar ya bang Fauzi...

Ok, back to the topic. Kan gw bilang tadi pembangunan gedung2 ga ada abisnya. Salah satu dari gedung2 itu adalah.....YESSSS!!! MALLS!. Setiap gw di mobil, di perjalanan entah kemana, (tapi yang pasti dalem kota) setiap lewat pembangunan2 gedung belom jadi gitu dalem hati gw selalu bilang Gila! mikir apa coba dibangun Mall udah kaya borong ayam!. Bener-bener gila. Awalnya dibangun cuma PIM 2, terus skywalknya, terus eeeh ada Senayan City, terus ada Sudirman Palace (gagal), terus ada Grand Indonesia, terus ada Pacific Place, ada Mall of Indonesia, terus Sudirman Palace diganti jadi Fx, terus ada mall terobosan baru model La Codefin...duh sumpah gw gatau itu ada yang ke skip apa engga tapi yang pasti gw ga bisa sebutin satu2. Itu tadi mall2 yang itungannya masih tergolong baru. Coba flashback sekitar 1,5-2 tahun yang lalu, mall2 yang golongan tua palingan cuman ada PIM, Plaza Indonesia, Citos, Kelapa Gading, Plaza Senayan, dan mall2 kecil lainnya. Sebenernya tempat seneng2 di Jakarta ga cuma mall sih, tapi dibanding tempat seneng2 lainnya (club, cafe, dll) mall2 gigantis ini udah merajalela di Jakarta.

Ok, tadi itu cuma intermezzo belaka, mari kita mulai menyelam inti permasalahan ini.

Menurut Wikipedia, Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Masyarakat Jakarta, termasuk gw secara ga sadar mungkin udah jadi penganut paham ini. Biarpun kita mungkirin, tapi apa yang kita lakuin udah cukup jadi bukti otentik kalo kita adalah bagian dari paham ini. Dan remaja seumur gw punya kontribusi besar dalam pergeseran budaya masyakarakat ini.

Gw, sebagai bagian dari kehidupan metropolis Jakarta ini meskipun prihatin, meskipun sok2 bilang gila, tetep aja kebawa arus. Ini gw ibarat ikan salmon yang berenang di sungai yang deras (apacoba, haha). Gw emang masih sekolah, tapi weekend bener2 gw manfaatin buat hang out bareng temen. Ya dari jaman nenek sampe ortu lo juga gitu sih. Cuma yang beda cara dan kemana lo hang out aja. Mungkin jaman dulu masih ngetrend tuh yang namanya mejeng di Mahakam, Maxim Blok M, Duta Merlin, gitu2 lah. Sekarang? kalo lo begitu bisa2 ditimpuk massa (ga gtu juga sih, haha). Maksud gw mungkin bisa2 lo dianggap anak paling aneh satu sekolah, haha.

Jujur, gw ini sekolah di sekolah yang isinya anak2 dengan kemampuan ekonomi hi-end, so jangan bandingin bahasan ini sama kehidupan anak2 yang sekolah yang kehidupannya ga seperti ini (akan dibahas di lain kesempatan).

Yaaa bisa dilihat lah, anak2 remaja seumur gw kalo hang out itu standar nya kalo ga ke mall, cafe, ya ke club. Kalo ke mall, kalo ga makan, nonton, ya nongkrong. Kalo ke cafe? ya nongkrong dan ngopi. Kalo ke club? ya clubbing, haha. Dan sekali pergi untuk melakukan semua hal itu bisa memakan biaya puluhan ribu sampe ratusan ribu. Gw sendiri termasuk anak yang dapet uang bulanan dari ortu yang jumlahnya ga banyak ga dikit, ya standar lah. Duit segitu bagi gw cukup untuk makan, taksi, plus buat refreshing akhir pekan lah. Kalo lagi boros ya abis, kalo lagi hemat paling nyisa dikit. Gw mungkin tergolong yang paling sering melakukan opsi 1 dan opsi 2 dan opsi 4 mungkin (makan di warung2 tenda dan resto aneh2). Nah, coba bandingin sama gaya hang out ortu kita yang gw sebutin di atas tadi, cukup berberda bak langit dan bumi kan?

Realita kaya gini sangat amat bisa ditemui di situs sosial yang paling lagi hip saat ini. Yap, FACEBOOK. Semua kegiatan hang out bisa dilihat di foto2 yang di upload para remaja2 macam gw ini. Apalagi sekarang ini udah ada yang namanya BLACKBERRY , foto2 asik bisa langsung di upload straight from your phone. Dan fenomena yang bikin gw geli, almost every teenagers holds a blackberry on their hand!! Rasanya pengen standing applause 24 jam (lebay). Masalahnya blackberry itu bukan barang ecek2 yang bisa dibeli kaya tempe. Harganya bisa 3-8jt. Yang 8 jt itu blackberry bold. Gw kira yg megang blackberry bold paling bokap2, ternyata eh ternyata engga. Temen gw udah ada aja gtu yang punya, weleh2...hebat pisan euy. Gw sendiri juga megang handphone macem gtu, tapi bukan blackberry, yang statusnya masih ilegal di sini, you know lah apa, haha. Tapi gw dapet itu juga gratisan! ya jadi hoki aja, kalo ga gratis gw juga gamau ngluarin duit buat bgituan.

Ngomongin fenomena beginian ga bakal ada habisnya. Gw nulis gini juga sebenernya gara2 akhir2 ini gw lagi refleksi diri. Gw inget2 kondisi 3-4 tahun yang lalu. Gw kalo minta barang ke bokap, yang harganya 50 rb aja rasanya udah gaenak banget. Sekarang??? lunjak to the maxxx, gw sekali minta barang yang range harganya bisa ratusan ribu (itu bukan ajang pamer loh, lihat dari sudut pandang realitanya). Itu artinya apa???, standar hidup gw meningkat absolut, hahah. Hal ini juga gw liat di masyarakat. Contoh kecilnya masalah konsumsi fashion lah. Gw melihat perubahan besar sejak ada ZARA di sini. Okelah butik2 macem Zara juga udah ada lama di sini. Tapi animo masyarakat ga segila sekarang!. Dulu kayanya butik macem gtu ga rame2 amat. Sekarang kita bisa liat Zara dipenuhi orang2 baik muda maupun tua. Masalahnya Zara itu bukan butik murah!. Harganya ratusan ribu smp jutaan...

Ini bener2 jadi bukti bahwa daya beli masyarakat Jakarta meningkat pesat sangat. Dan budaya kita udah berubah jadi budaya hedonis. Tingkat konsumsi di Jakarta tingginya udah ga ketulungan. Jadi, sebenernya Indonesia udah ga pantes lagi dibilang negara miskin. Tapi, dibilang negara kaya pun juga salah. Masih banyak juga orang2 miskin dan primitif. Kesenjangan sosial orang Indonesia emang udah keterlaluan. Gw sendiri juga bingung mau golongin Indonesia sebagai negara apa. Ini semua akibat kapitalisme yang merajalela. Indonesia bukan lagi jadi sekedar negara kapitalis. Tapi udah jadi sebuah negara KAPITALIS EKSTRIM!